" target=" blank">

 

Thursday, December 22, 2011

Legendaris Cerita Tan Malaka Aliran Kiri

0 comments
MERATAPMU | Cerita tentang Tan Malaka, sampai saat ini memang masih misterius. Ini sama dengan kemisteriusan sosok putra Minangkabau itu sendiri. Hingga ia disebut tokoh yang gelap dalam terang dan terang dalam gelap,yang bertuan pada diri sendiri.

Harry A. Poeze, Direktur KITLV Leiden The Nederlands, menjawab teka-teki sejarah Tan Malaka itu dalam bukunya yang berjudul Tan Malak Verguised en Vergeten (Tan Malaka, Duhijat dan Dilupakan). Ia mencoba menyikangkap semua tentang Tan Malaka, mulai dari lahirnya, idieologinya serta penemuan makamnya di Kediri.

Menurut Harry A. Poeze, Tan Malaka adalah bapaknya Republik Indonesia, karena jauh sebelum Soekarno merumuskan tentang negara Republik Indonesia, ia telah memikirkan terlebih dahulu. Ini dapat dilihat dalam tulisannya berjudul Naar de Republik Indonesia (Menuju Indonesia Merdeka) itu diterbitkan di Kanton, Cina pada tahun 1925

Dalam bedah buku yang diadakan di Gedung Wisma Negara Triarga, kemarin, selain Harry A. Poeze, juga hadir Dr. Magdalia Alfian, Direktur Nilai Sejarah Depbudpar RI, sebagai key note speaker, Dr. Mestika Zed dari Pusat Kajian Sosial-Budaya dan Ekonomi (PKSBE) UNP, serta Dr. Zulhasir Nasir, Pakar komunikasi dari FISIP Universitas Indonesia sebagai pembahas.

Disitu terungkap pula bahwa Tan Malaka adalah revolusioner sejati. Karena sampai akhir hayatnya ia tetap sendiri. “Saya adalah seorang revolusioner. Tujuan hidup saya hanya untuk memerdekakan Indonesia. Apabila Indonesia belum merdeka, tidak ada tempat wanita di sisi saya,” kata Zulhasir Nasir, menyitir ucapan Tan Malaka.

Sedangkan Mestika Zed mengatakan bahwa Tan Malaka adalah salah satu dari dua tokoh Indonesia yang mendunia. Dalam revolusi Mestika mengatakan bahwa Tan Malaka adalah symbol, pejuang dengan spirit kemerdekaan seratus persen. “Tidak ada dalam kamus Tan Malaka berunding dengan Penjajah, sebelum Indonesia merdeka seratus persen,” ucap Mestika.

Tan Malaka sebenarnya mempunyai nama asli Ibrahim, kemudian ia mendapatkan gelar Datuk Tan Malaka dari kaumnya. Ia lahir di Pandan Gadang, Suliki Payakumbuh pada tanggal 13 oktober 1894.

Pada tahun 1913 setelah tamat Kweekschool (Semarang SMA 2) Bukittinggi atas bantuan gurunya dengan pinjaman biaya dari “Engkufonds” ia meneruskan pelajarannya ke Rijkseekschool di Harlem Belanda. Disinilah ia mulai mempelajari politik dan pergerakkan.

Tahun 1919, ia kembali ke Indonesia dan bekerja sebagai guru untuk anak-anak kaum buruh perkebunan di Medan. Melihat kondisi kuli kontrak yang bekerja di perkebunan-perkebunan Belanda dan Eropa waktu itu, kebencian Tan Malaka terhadap Kolonialisme dan kapitalisme semakin menjadi.

Selanjutnya Tahun 1921 terjun kedalam Serikat Islam Semarang pimpinan Semaun. Tan Malaka mengatakan pentingnya persatuan antara Islam dan komunis dalam menentang kolonialisme dan Imperialisme.

Kemudian pada tahun 1922, setelah memimpin pemogokkan kaum buruh pegadaian (PPPB) di Yogyakarta, ia ditangkap dan dibuang ke Belanda. Setelah itu Tan Malaka mulai menjalani hidup sebagai orang buangan di luar negeri.

Saat berada di Belanda Tan Malaka sempat dicalonkan menjadi anggota parlemen, Namur ia tidak terpilih. Ia pun pernah ke Jerman dan terjun langsung berjuang dengan rakyat yang harus menanggung seluruh hutang perang setelah Jerman Kalah pada Perang Dunia I (1914-1918).

Begitulah, setiap negara yang pernah ditinggalinya seperti Tiongkok, Moskow, Philiphina, Sungapura, Jepang, Malaysia, Tan Malaka selalu menjadi pusat perhatian. Kebenciannya terhadap kolonialisme, serta imperialismo telah membuat Tan Malaka menjadi incaran para negara penjajah dan sasaran peluru tentaranya.

Sebagai orang yang berjasa cukup besar bagi kemerdekaan Indonesia, Tan Malaka mengalami nasib naas diakhir hidupnya.Ia meninggal setelah di tembak mati tentara bangsa sendiri. Walaupun telah ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional melalui keputusan Presiden RI No 53 Tahun 1963, namur nama Tan Malaka seperti hilang dalam buku pelajaran sekolah di masa Orde Baru (Orba). Kiprah Tan Malaka dalam perjuangan Indonesia tenggelam begitu saja. Padahal perjuangan, pemikiran, serta tulisannya turut berperan dalam revolusi Indonesia.

Diakhir paparannya Harry A. Poeze mengatakan bahwa ideologi perjuangan Tan Malaka bukanlah komunisme. Dijelaskan Poeze, masuknya Tan Malaka kedalam partai komunis lebih karena butuh wadah dalam ekspresi diri. Dan waktu itu hanya Partai Komunislah yang ia lihat secara terang-terangan berani melawan kolonialisme. “Tan Malaka sebagai seorang yang radikal betul. Tetapi mengatakan Tan Malaka sebagai serang komunis adalah tidak tepat, karena ia adalah seorang Islam yang sosialis,” ucap Poeze menggunaka bahasa Indonesia. (romelias akbar)

0 comments:

Post a Comment

 
News PERGAULAN. COM © 2011 Google PageRank Checker Powered by  MyPagerank.Net Counter Powered by  Counter4me.com
seo keywords